EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 156.430   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,421.01/oz   |   Silver 32.26/oz   |   Wall Street 39,872.99   |   Nasdaq 16,794.87   |   IDX 7,186.04   |   Bitcoin 71,448.20   |   Ethereum 3,663.86   |   Litecoin 88.60   |   PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp5.7 miliar, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Panca Budi Idaman Tbk. (PBID) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp300 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, Selasa (21/Mei), 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menyampaikan jadwal pembagian dividennya sebesar Rp1.4 triliun. Cum date dijadwalkan pada 28 Mei 2024, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,331, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,748 pada pukul 19:20 ET (23:20 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 39,923, 18 jam lalu, #Saham AS

Aussie Menentang Spekulasi Rate Cut, AUD/USD Menggeliat

Penulis

Kurs dolar Australia menguat lantaran pengumuman Bank Sentral Australia (RBA), tetapi kenaikannya berskala minimal. Ini alasannya.

Seputarforex - Kurs Dolar Australia menggeliat pada perdagangan hari Selasa (6/Februari). AUD/USD beranjak sampai level tertinggi harian pada 0.6520-an seusai pengumuman kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA). Akan tetapi, posisinya masih sangat dekat dengan level terendah sejak November.

AUDUSD Daily

RBA tadi pagi mengumumkan suku bunga tetap pada tingkat 4.35%, selaras dengan perkiraan pasar. Dalam kesempatan yang sama, bank sentral Australia itu menambahkan pernyataan bernada hawkish yang mengejutkan bagi banyak pihak.

"Jalur suku bunga yang paling baik untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target dalam jangka waktu wajar akan bergantung pada data dan penilaian risiko yang terus berkembang, dan kenaikan suku bunga lebih lanjut tidak dapat dikesampingkan," kata RBA.

RBA beralasan inflasi masih terlalu tinggi, khususnya inflasi sektor jasa. Selain itu, tekanan inflasi masih moncer lantaran "tingkat permintaan masih kuat dan dinilai berada di atas kapasitas perekonomian dalam memasok barang dan jasa". Oleh karenanya, suku bunga harus tetap tinggi demi meredam inflasi.

Keinginan RBA untuk mempertahankan opsi "rate hike" itu berlawanan dengan spekulasi "rate cut" yang sedang marak saat ini. Sebagian besar bank sentral utama telah ambil ancang-ancang menuju penurunan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan, termasuk Federal Reserve dan European Central Bank. Sebagian besar pelaku pasar juga meyakini RBA bakal mulai menurunkan suku bunga dalam tahun ini.

Kesenjangan tersebut memicu penguatan kurs dolar Australia terhadap berbagai mata uang mayor lain. Namun, penguatan Aussie berskala minimal karena para pakar sangsi RBA benar-benar akan menaikkan suku bunganya lagi.

Gareth Aird, ekonom di Commonwealth Bank of Australia (CBA), berkomentar, "Pernyataan (RBA) tersebut mempertahankan kecenderungan hawkish. Dibutuhkan lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi yang lemah bagi RBA untuk menerima gagasan pelonggaran kebijakan."

CBA meyakini tingkat pengangguran akan meningkat dan inflasi akan menurun sedikit lebih cepat. Oleh karena itu, CBA tetap memperkirakan RBA akan mulai menurunkan suku bunganya pada September 2024. Para analis di Westpac punya pendapat senada.

Download Seputarforex App

300205
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.